Desir angin cukup dingin malam itu. Ombak yang berdebur kalah dengan riuh-rendahnya suara puluhan orang. Padahal, pada hari biasanya, hanya desir angin dan deburan ombak yang terdengar di Pantai Lombang pada malam hari.
Ya, kemarin malam memang tampak suasana lain di pantai utara itu. Pantai Lombang mendadak ramai. Sebabnya, sebanyak 70 wisman lagi kamping di pantai itu.
Puluhan wisman itu berasal dari Denmark, Inggris, Australia, India, dan Pakistan. Mereka berkemah di pantai setelah diajak salah satu biro perjalanan wisata di Jakarta. Setiap tahunnya ada saja biro perjalanan yang mengajak wisman mengunjungi Pantai Lombang. Mereka tak hanya melihat pantai di siang hari, juga suasana di malam hari.
Puluhan tenda didirikan di sekitar jejeran pohon cemara udang (jenis kasuarina) yang menjadi pagar hidup sepanjang pantai. Para turis itu tampak menikmati pemandangan alam dan desiran ombak malam hari, sambil memanggang ikan segar.
Director Remote Destinations (salah satu biro perjalanan wisata di Jakarta) Leksmono Santoso kepada koran ini mengaku telah mengenalkan Pantai Lombang kepada wisman sejak 2000 lalu. Hampir setiap tahun dia membawa puluhan wisman untuk kamping di sana.
Menurut dia, hamparan pasir putih dan pohon cemara udang di sepanjang Pantai Lombang tidak kalah dengan lokasi wisata di Bali. "Dari sejak awal saya punya keyakinan untuk mengenalkan pariwisata Indonesia bukan dari Bali, tapi lewat Sumenep saja melalui Pantai Lombang ini," katanya.
Sejak mengetahui indahnya Pantai Lombang, dia langsung merancang paket wisata khusus bagi warga asing yang tinggal di Jakarta. Paketnya cukup menarik, bermalam di Pantai Lombang.
Rupanya, paket wisata khusus itu banyak diminati. Setiap tahunnya jumlah peserta kian bertambah banyak. "Sampai-sampai untuk tahun ini saya sampai menolak peserta," katanya.
Untuk tahun ini, paket wisata khusus di Pantai Lombang yang dirancang bermalam selama dua hari ini dibatasi hingga 70 wisman. Jumlah peserta dibatasi karena ingin untuk memberikan pelayanan yang baik. "Kalau terlalu banyak, agak riskan juga," tutur Leksmono.
Sebenarnya, menurut dia, Pantai Lombang sudah layak "jual". Namun, yang sering dikeluhkan wisman adalah lamanya perjalanan dari Surabaya menuju Pantai Lombang yang memakan waktu sekitar enam jam.
"Jika ada rute penerbangan ke dan dari Sumenep-Surabaya, saya optimistis akan lebih banyak wisman yang akan mengunjungi Sumenep, khususnya Pantai Lombang," tandasnya.
Hal itu, kata dia, menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkab Sumenep. Pasalnya, wisman sudah menyatakan Pantai Lombang layak dikunjungi dan tidak kalah dengan pantai-pantai Bali.
Pemkab, rupanya, cukup serius merespons minat wisman terhadap objek wisata di Sumenep. Kemarin malam koran ini bersama Wakil Bupati Sumenep Moch. Dahlan mendatangi wisman di Pantai Lombang.
Bahkan, Wabup sempat berbincang cukup lama dengan wisman. Menurut dia, wisman sangat menikmati panorama Pantai Lombang
Dia juga mengaku senang dengan adanya wisman yang berkunjung dan berkemah di Pantai Lombang selama dua hari itu. Momen itu sekaligus memromosikan sejumlah wisata Sumenep dan keseniannya.
Dahlan mengakui jika transportasi dari Surabaya ke Sumenep cukup lama. Namun, dia optimistis hal itu dapat segera diatasi. Alasannya, dalam waktu dekat ini Lapangan Terbang Trunojoyo akan menjadi pilihan utama untuk memerpendek jarak Surabaya-Sumenep.
"Insya Allah, dalam waktu yang tidak lama, Lapter Trunojoyo akan beroperasi. Kalau sudah beroperasi, akan mempermudah transportasi dari Surabaya ke Sumenep maupun langsung ke Bali," ungkap Dahlan.
0 komentar:
Posting Komentar